-->
Motivasi Menulis

PENGERTIAN, FUNGSI DAN SEJARAH AL-QURAN


PENGERTIAN, FUNGSI DAN SEJARAH AL-QURAN
A.      Pengertian Al-Qur’an
Menurut etimologi: Al-Qur’an berasal dari kata Qa-ra-a (قرأ) artinya membaca, maka perkataan itu berarti “bacaan”. Maksudnya, agar ia menjadi bacaan atau senantiasa dibaca oleh segenap bangsa manusia terutama oleh para pemeluk agama Islam.[1]
Para ulama berbeda pendapat mengenai lafadz Al-Qur’an. Sebagian berpendapat, penulisan lafadz tersebut dibubuhi huruf hamzah (dibaca Al-Qur’an). Pendapat lain mengatakan penulisannya Zdari akar kata apapun) dan bukan pula berhamzah (tanpa tambahan huruf hamzah di tengahnya, jadi dibaca Al-Qur’an). Lafadz tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertiannya kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi menurut Al-Syafi’i, lafadz tersebut bukan berasal dari akar kata Qa-ra-a (membaca), sebab kalau akar katanya Qa-ra-a, maka tentu setiap sesuatu yang dibaca dapat dinamai Al-Qur’an. Lafadz tersebut memang nama khusus bagi Al-Qur’an, sama halnya dengan nama Taurat dan Injil.

1.      Al-Fara’ berpendapat, lafadz Al-Qur’an adalah pecahan (musytaq) dari kata Qara’in (kata jamak Qarinah) yang berarti bermakna: kaitan, karena ayat-ayat Al-Qur’an satu sama lain saling berkaitan. Karena itu jelaslah bahwa huruf “nun” pada akhir lafadz Al-Qur’an adalah huruf asli, bukan huruf tambahan.
2.      Al-Asy’ari dan para pengikutnya mengatakan, lafadz Al-Qur’an adalah musytaq (pecahan) dari akar kata Qarn. Ia mengemukakan contoh kalimat Qarnusy-syai bisy-syai (menggabungkan sesuatu dengan sesuatu). Jadi kata Qarndalam hal itu bermakna: gabungan atau kaitan, karena surat-surat dan ayat-ayat di dalam Al-Qur’an saling bergabung dan saling berkaitan.
Tiga pendapat di atas (Al-Syafi’i,  Al-Fara’, dan  Al-Asy’ari) cukuplah sebagai contoh untuk menarik kesimpulan bahwa lafadz Al-Qur’an (tanpa huruf hamzah di tengahnya) jauh dari kaidah pemecahan kata (isytiqaq) dalam bahasa Arab. Di antara para ulama yang berpendapat bahwa lafadz Al-Qur’an ditulis dengan tambahan huruf hamzah di tengahnya ialah Al-Zajjaj[2]Al-Lihyani[3] serta jama’ah lainnya.
1.      Al-Zajjaj: lafadz Al-Qur’an ditulis dengan huruf hamzah di tengahnya berdasarkan pola-kata (WaznFu’lan. Lafadz tersebut pecahan (musytaq) dari akar kata Qar’un yang berarti Jam’un. Ia mengetengahkan contoh kalimat Quri’al Ma’u fil-Haudhi yang berarti: air dikumpulkan dalam kolam. Jadi dalam kalimat itu kata Qar’un bermakna Jam’unyang dalam bahasa Indonesia bermakna “kumpul”. Alasannya Al-Qur’an “mengumpulkan” atau menghimpun intisari kitab-kitab suci terdahulu.
2.      Al-Lihyani: lafadz Al-Qur’an ditulis dengan huruf hamzah di tengahnya berdasarkan pola-kata Ghufran dan merupakan pecahan (musytaq) dari akar kata Qa-ra-a yang bermakna Tala’ (membaca). Lafadz Al-Qur’an digunakan untuk menamai sesuatu yang dibaca, yakni objek, dalam bentuk mashdar.
Pendapat yang belakangan lebih kuat (pendapat Al-Lihyani, red) dan lebih tepat karena dalam bahasa Arab, lafadz Al-Qur’an adalah bentuk mashdar yang maknanya sinonim dengan Qira’ah, yakni “bacaan”. Sebagai contoh, firman Allah SWT dalam QS. Al-Qiyamah: 17-18.
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ ﴿۱۷ فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ ﴿۱٨﴾
“Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya(17). Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”(18)(Al-Qiyamah: 17-18).[4]
            Sedangkan menurut terminologi Al-Qur’an adalah kalam Allah yang merupakan mukjizat[5], yang diturunkan melalui perantaraan malaikat Jibril ke dalam kalbu Rasulullah SAW, sebagaimana Firman Allah SWT:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ تَنْزِيلاً ﴿۲۳
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (Al-Insan: 23)
 Dan dengan menggunakan bahasa Arab. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ ﴿۲
 “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”(QS. Yusuf: 2).
dan disertai dengan kebenaran agar dijadikan hujjah (argumentasi) dalam hal pengakuannya sebagai Rasul, dan agar dijadikan sebagai dustur (undang-undang) bagi seluruh umat manusia, yang abadi, untuk kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat,[6] di samping merupakan amal ibadah jika membacanya. Al-Qur’an juga di-tadwin-kan di antara dua ujung, yang dimulai dari surat Al-Fatihah, dan ditutup dengan surat Al-Nas, dan sampai kepada Kita secara tertib dalam bentuk tulisan (Mushaf) maupun lisan dalam keadaan utuh atau terpelihara dari perubahan dan pergantian, sekaligus dibenarkan oleh Allah SWT, di dalam firman-Nya.[7] Definisi ini selaras dengan apa yang diberikan oleh Ahli Ushul.[8]
Dalam Kitab Manna’ul-Qaththan mabahits fi ulumil-Qur’an[9], yang dimaksud Al-Qur’an adalahkalamullah yang diturunkan kepada Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah.[10]
Definisi lain mengenai Al-Qur’an juga dikemukakan oleh Al-Zarqani. Menurut Al-Zarqani, Al-Qur’an itu adalah lafal yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dari permulaan surat Al-Fatihah sampai akhir surat Al-Naas.[11]
Sedangkan Abdul Wahhab Khallaf memberikan definisi mengenai Al-Qur’an, yaitu firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah; Muhammad bin Abdullah melalui Al-Ruhul Amin (Jibril As) dengan lafal-lafalnya yang berbahasa Arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Al-Qur’an itu terhimpun dalam mushaf, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat Al-Nas, disampaikan kepada kita secara mutawatir[12] dari generasi ke generasi secara tulisan maupun lisan. Ia terpelihara dari perubahan atau pergantian.[13]

B.       Fungsi Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah dokumen untuk umat manusia. Bahkan kita ini sendiri menamakan dirinya petunjuk bagi manusia.[14] Allah SWT berfirman Dalam QS: Al-Baqarah [2]: 185 & 2:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ ﴿۲
“kitab[15] (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan pada isinya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa[16]”.  (QS: Al-Baqarah [2]: 2).[17]
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍفَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿۱٨۵
 “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS: Al-Baqarah [2]: 185).
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk yang didesain sedemikian rupa sehingga jelas bagi umat manusia dengan petunjuk itu manusia bisa membedakan mana yang hak dan bathil. Inilah sesungguhnya fungsi Al-Qur’an, yaitu sebagai pedoman hidup umat manusia. Karena itu bila Al-Qur’an dipelajari dengan benar dan sungguh-sungguh maka isi kandungannya akan membantu Kita menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman untuk menyelesaikan berbagai problem hidup.[18]
Adapun fungsi Al-Qur’an yang lainnya adalah:
1.      Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT.
2.      Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan.
3.      Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu.
4.      Sebagai Obat penawar (syifa’) bagi segala macam penyakit, baik penyakit rohani maupun jasmani. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Yunus: 57, Al-Isra’: 82, dan Fushilat: 44.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ  لِلْمُؤْمِنِينَ ﴿۵۷
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus [10]: 57).
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا ﴿٨۲
Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan (Al-Quran itu) tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (QS. Al-Isra' [17]: 82).
وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَعَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ ﴿٤٤﴾
“Dan jikalau Kami jadikan Al-Qur’an itu suatu bacaan dalam bahasa lain selain bahasa Arab tentulah Mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?”. Apakah (patut Al-Qur’an) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?. Katakanlah: “Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga Mereka ada sumbatan, sedang Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi Mereka[19]. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang  jauh.” (QS. Fushshilat [41]: 44).
5.      Sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya, yakni Taurat, Zabur, dan Injil. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. Fathir: 31 dan Al-Maidah: 48.
وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ هُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ إِنَّ اللَّهَ بِعِبَادِهِ لَخَبِيرٌ بَصِيرٌ ﴿۳۱
“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) adalah Al-Kitab (Al Qur’an) itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya.” (QS. Fathir: 31).
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّلِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْبِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ ﴿٤٨﴾
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. (QS. Al-Ma’idah: 48).
6.      Sebagai pelajaran dan penerangan. Seperti dalam firman Allah SWT dalam QS. Yasin: 69.
وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْبَغِي لَهُ إِنْ هُوَ إِلا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُبِينٌ ﴿٦۹
“Al Quran itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.” (QS. Yaa Siin: 69).
7.      Sebagai pembimbing yang lurus. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al-Kahfi: 1-2, Al-An’am: 126 & 153, Al-Isra’: 9, dan Al-Baqarah: 2.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجَا ﴿۱ قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا ﴿۲
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan[20] di dalamnya {1}; Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik {2}.” (QS. Al-Kahfi: 1-2).
وَهَذَا صِرَاطُ رَبِّكَ مُسْتَقِيمًا قَدْ فَصَّلْنَا الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَذَّكَّرُونَ ﴿۱۲٦﴾
Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran.” (QS. Al-An’am: 126).
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿۱۵۳
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[21], karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am: 153).
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا ﴿۹
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mumin yang mengerjakan amal sholih, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’: 9).
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ ﴿۲
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 2).
8.      Sebagai pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi yang meyakininya. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al Jatsiyah: 20, Ibrahim: 1, Al-hadid: 9, Al-thalaq: 10-11, Al-Maidah: 15-16, dan Al-Ankabut: 51.
هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ ﴿۲٠﴾
 “Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakininya.” (QS. Al Jatsiyah: 20).
الر كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ ﴿۱
“Alif laam raa[22]. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 1).
هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ ﴿۹
Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al Qur'an) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu.”(QS. Al-Hadid: 9).
أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الألْبَابِ الَّذِينَ آمَنُوا قَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكُمْ ذِكْرًا ﴿۱٠﴾ رَسُولا يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِ اللَّهِ مُبَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ رِزْقًا ﴿۱۱
Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal, (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu{10}, (Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh dari kegelapan kepada cahaya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezeki yang baik kepadanya {11}.” (QS. Al-Thalaq: 10-11).
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ ﴿۱۵﴾يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ ﴿۱٦﴾
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan (15). Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus (16).” (QS. Al-Maidah: 15-16).
أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ﴿۵۱
“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ankabut: 51).

9.      Sebagai pengajaran. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al-Qalam: 52, dan Ali Imran: 138.
 وَمَا هُوَ إِلا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ ﴿۵۲
“Dan tiadalah ia (Al Qur-an), melainkan pengajaran untuk semesta alam.” (QS. AI-Qalam:52).
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ ﴿۱۳٨﴾
“(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali-Imran: 138).

10.  Sebagai petunjuk dan kabar gembira. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. Al-Nahl: 89.
وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَؤُلاءِ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىلِلْمُسْلِمِينَ ﴿٨۹
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Nahl: 89).

11.  Sebagai pembanding atau pembeda (Furqan) antara yang haq dan bathil. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah [2]: 185.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍفَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿۱٨۵
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah [2]: 185).

12.  Sebagai pengajaran/pembentang/penjelas (tibyan) segala sesuatu akan ilmu pengetahuan dan rahasia-rahasia alam dunia dan akhirat. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran: 138, dan QS. Yusuf: 111.
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأولِي الألْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ﴿۱۱۱
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf [12]: 111).
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ ﴿۱۳٨﴾
“(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali-Imran: 138).

13.  Sebagai tali Allah yang harus diikat kuat dan digenggam teguh dalam hati dan kehidupan, khususnya bersama-sama agar tidak bercerai-berai. Seperti dalam Firman Allah SWT dalam QS. Al-Zukhruf: 43, dan Ali Imran: 102-103.
فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ إِنَّكَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ ﴿٤۳
“Maka berpeganglah teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.” (QS. Al-Zukhruf [43]: 43).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴿۱۰۲﴾ وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْكُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْتَهْتَدُونَ ﴿۱۰۳
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (102). Dan berpeganglah kamu semuanya kepadatali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (103). (QS. Ali Imran: 102-103).
14.  Sebagai tadzkirah (peringatan) bagi orang-orang yang takut kepada Allah dan terhadap kepemimpinan Al-Qur’an. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Thaha: 1-4 & 123-124.
طه ﴿۱﴾ مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى ﴿۲﴾ إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى ﴿۳ تَنْزِيلا مِمَّنْ خَلَقَ الأرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلاَ ﴿٤﴾
“Thaahaa[23]{1}. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah {2}; tetapi sebagaiperingatan bagi orang yang takut (kepada Allah) {3}. Yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi {4}. (QS. Thaha: 1-4).
قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى ﴿۱۲۳ وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيفَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى ﴿۱۲٤﴾
Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka (123).” Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta (124). (QS. Thaha: 123-124).
15.  Sebagai pengawas (Muhaiminun) dan penjaga atas kitab-kitab samawi lainnya, tidak hanya membenarkan masalah aqidah, akan tetapi masalah syariat alamiyah juga. Al-Qur’an juga menetapkan sebagian hukum-hukum dari kitab sebelumnya dan mengganti serta mengubah sebagian lainnya.[24] Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al-Maidah: 48.
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آَتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ ﴿٤٨﴾
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[25]  terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu,[26] Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”. (QS. Al-Maidah: 48).
16.  Sebagai Mukjizat bagi Rasulullah SAW yang bertujuan untuk melemahkan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya yang meragukan kenabian dan kerasulan-Nya.
Selain itu fungsi Al-Qur’an yang tidak kalah penting, adalah sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW, dan bukti bahwa semua ayatnya benar-benar dari Allah SWT. Sebagai bukti kedua fungsinya yang terakhir paling tidak ada dua aspek dalam Al-Qur’an itu sendiri: 1) Isi/kandungannya yang sangat lengkap dan sempurna; 2) Keindahan bahasa dan ketelitian redaksinya: 3) Kebenaran berita-berita ghaibnya; dan 4) Isyarat-isyarat ilmiahnya.



C.    Tujuan Diturunkannya Al-Qur’an
Sebagai pedoman hidup yang benar, Al-Qur’an niscaya harus memberikan suatu petunjuk hidup yang benar, mendasar dan pasti. Sehingga dapat dijadikan sebagai pegangan yang kokoh dalam menghadapi hidup. Oleh karena itu tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an tidak lain kecuali untuk memberikan petunjuk kepada umat manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat[27]. Adapun petunjuk yang diberikan oleh Al-Qur’an pada pokoknya ada tiga:
1.      Petunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Allah dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2.      Petunjuk mengenai akhlaq yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual dan kolektif.
3.      Petunjuk mengenai syari’at dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.[28]

D.    Sejarah Turun dan Penulisan Al-Qur’an
Permulaan turun al-Qur’anul Karim adalah tanggal 17 Ramadhan tahun ke-40 dari kelahiran Nabi SAW, yaitu pada saat beliau sedang bertahannuts (beribadah) di Gua Hira. Pada saat itu turun wahyu beberapa ayat al-Qur’anul Karim yang dibawa oleh Jibril al-Amin. Jibril mendekap nabi lalu melepaskannya, hal ini dilakukan sebanyak tiga kali, sambil mengatakan “iqra” pada setiap kalinya, dan Rasul SAW menjawabnya “ma ana bi qaari”. Pada dekapan yang ketiga kalinya Jibril membacakan[4] :
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusiadari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling Pemurah yang mengajarkan manusia dengan perantara qalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al-‘Alaq: 1-5)  
Al-Qur’an tidak turun sekaligus. Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Hikmah Al-Qur’an itu turunnya itu berangsur-angsur ialah supaya dapat dihafal oleh para sahabat pada waktu itu. Maksud pertama ialah menukar akidah kepada akidah. Keluar dari penyembahan terhadap berhala kepada yang benar, agama yang turun dari langit.

1.      Penulisan Al-Qur’an Di Masa Nabi
Pada masa Nabi wahyu yang diturnakan oleh Allah kepadanya tidak hanya dieksprersikan dalam betuk hafalan tapi juga dalam bentuk tulisan. 
Sekretaris Pribadi Nabi yang bertugas mencatat wahyu yaitu Abu Bakar, Umar bin Kahtab, Khalid Bin Walid dan Mua`wiyah Bin Abi Sofyan. Mereka menggunakan alat tulis sederhana yaitu lontaran kayu, pelepah kurma, tulang-belulang, dan batu. 
Faktor yang mendorong penulisan Al-Quran pada masa Nabi yaitu:
  1. Membukukan hafalan yang telah dilakukan oleh Nabi dan para Sahabat.
  2. Mempersentasikan wahyu dengan cara yang paling sempurna.
Ibn al-Nadim menulis bahwa di antara para sahabat Nabi SAW, Ali bin Abi Thalib, Sa’id ibn Ubayd ibn al-Nu’man, Abu Darda’, Mu’adz ibn Jabal, Tsabit ibn Zayd dan Ubayd ibn Mu’awiyah ibn Zayd menghimpun al-Qur’an semasa hidup Rasulullah SAW.[6] 
Dalam buku al-Tambid, Abu Musa al-Asy’ari dan Miqdad ibn al-Aswad disebutkan di antara para penghimpun al-Qur’an. Hal itu menambahkan bahwa sebelum standarisasi mushaf yang diperintakan oleh Utsman, orang Kufah membaca menurut mushaf Abu Musa, orang Damaskus mengikuti mushaf Miqdad, sementara sisanya orang-orang Syria membaca menurut mushaf Ubay ibn Ka’ab. Dan, sebagaimana kita ketahui, mushaf saat ini adalah mushaf yang dibuat oleh Zayd ibn Tsabit berdasarkan perintah Abu Bakar, khalifah pertama. 
2. Penulisan Al-Qur’an Di Masa Khulafaur Rasyidin
Pada Masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
Sepeningal Rasulullah SAW, istrinya `Aisyah menyimpan beberapa naskah catatan (manuskrip) Al-Quran, dan pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a terjadilah Jam’ul Quran yaitu pengumpulan naskah-naskah atau manuskrip Al-Quran yang susunan surah-surahnya menurut riwayat masih berdasarkan pada turunnya wahyu (hasbi tartibin nuzul). 
Usaha pengumpulan tulisan Al-Qur’an yang dilakukan Abu Bakar terjadi setelah Perang Yamamah pada tahun 12 H. Peperangan yang bertujuan menumpas habis para pemurtad dan juga para pengikut Musailamah Al-Kadzdzab itu ternyata telah menjadikan 70 orang sahabat penghafal Al-Qur’an syahid.  Khawatir akan hilangnya Al-Qur’an karena para penghafal Al-Qur’an banyak yang gugur dalam medan perang. Lalu Umar bin Khattab menemui Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk mengumpulkan Al-Qur’an dari berbagai sumber, baik yang tersimpan didalam hafalan maupun tulisan.
Namun pada awalnya Abu Bakar pun tidak setuju dengan apa yang diusulkan oleh Umar bin Khattab. Karena menurutnya, Nabi Muhammad SAW pun tidak pernah melakukannya. Tetapi Umar bin Khattab terus membujuk Abu Bakar untuk melakukannya, dan akhirnya Allah SWT membukakan hati Abu Bakar untuk menerima usulan tersebut. Kemudian Abu Bakar pun memerintahkan Zaid bin Sabit untuk melakukannya. Seperti Abu Bakar sebelumnya, Zaid bin Sabit pun menolak perintah Abu Bakar dengan alas an yang sama. Setelah terjadi musyawarah, akhirnya Zaid bin Sabit pun setuju. 
3.      Penulisan Al-Qur’an pada Masa Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan.
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur’an (qira’at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standarisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur’an. 

4.      Sejarah dan Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Setelah Khalifah
Mushaf yang ditulis pada masa khalifah Usman tidak memiliki harakat dan tanda titik, sehingga orang non arab yang memeluk islam merasa kesulitan membaca mushaf tersebut. 
Oleh karena itu pada masa khalifah Abd Al-Malik ( 685-705 ) dilakukan penyempurnaan oleh dua tokoh berikut;
  • Ubaidilllah bin Ziyad melebihkan alif sebagai pengganti dari huruf yang dibuang. 
  • Al-Hajjad bin yusuf Ats- Tsaqafi  penyempurnaan mushaf Usmani pada sebelas tempat yang memudahkan pembaca mushaf. 
Orang yang pertama kali meletakkan tanda titik pada mushaf Usmani ; Abu Al-Aswad Ad- Du`Ali , Yahya Bin Ya`Mar, Nashr Bin Asyim Al-Laits
Orang yang pertama kali meletakkan hamzah , tasdid, arrum dan Al-Isyamah adalah: al-Khalid bin Ahmad Al- Farahidi Al-Azdi.
Proses pencetakan Al-Quran:
  • Pertama kali di cetak di Bundukiyyah pada 1530 M.
  • Hinkalman pada masa 1694 M di Hamburg ( jerman ).
  • Meracci pada 1698 M di paduoe.
  • Maulaya Usman di sain Peter buorgh, Uni Sovyet ( Label Islami ).
  • Terbit cetakan di Kazan .
  • Iran pada 1248 H / 1828 kota Taheran.
  • Ta`di Tabriz pada 1833.
  • Ta`di leipez, Jerman pada 1834
5.      Rasm Al-Qur’an setelah masa Penulisan Al-Qur’an 
 Rasm Al-Qur’an atau adalah ilmu yang mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasimul Qur’an dikenal juga dengan sebutan Rasm Al-UtsmaniPara ulama menetapkan Rasm Al-Quran terbagi atas enam yaitu : 
  1. Al-Hadzf (Membuang atau menghilangkan atau menjadikan huruf)
  2. Al-Jiyadah (Penambahan)
  3. Al-Hamzah
  4. Badal atau Pergantian
  5. Washal dan fashl ( Penyambungan dan pemisahan)
  6. Kata yang dapat dibaca dua bunyi, penulisan kata tersebut disunatkan dengan salah satu bunyinya
Pendapat Para Ulama: 
  1. Rasm Usmani bersifat tauqifi atau bukan merupakan Produk budaya manusia yang wajib di ikuti siapa saja ketika menulis Al-Quran.
  2. Menurut Al-Quran: Tidak ada satu riwayat pun dari Nabi yang dapat di jadikan alasan untuk menjadikan Rasm Usmani sebagai Tauqifi. 
  3. Subhi shalih: Ia mengatakan ketika logisan Rasm Usmani apabila disebut tauqifi karena rasm Usmani baru lahir pada masa Usman.
  4. Rasm Usmani adalah kesepakatan cara baca penulisab yang disetujui Usman dan diterima umat, sehinmgga wajib di ikuti dan di taati siapa pun ketika menulis Al-Quran.
  5. Tidak ada halangan untuk menyalahkan nya tatkala suatu generasi sepakat menggunakan cara tertentu untuk menulis Al-Quran.
Kaitan Rasm Al-Qur’an dengan Qira’at adalah keberadaan Rasm Usmani yang telah berharakat dan bentuk itu ternyata masih membuka peluang untuk membacanya dengan berbagai Qiraat terbukti dengan keragaman cara membacan Al-Quran seperti qiraat tujuh, sepuluh dan qiraat empat belas.

[1] Munawar Chalil, Al-qur’an dari Masa ke Masa, t.k.; Ramadhani, t.t., h.1.
[2] Nama lengkapnya Al-Zajjaj ialah Ibrahim bin Al-Sirri, dijuluki Abu Ishaq, penulis buku Ma’anil-Qur’an. Beliau wafat pada tahun 311 H. (lihat Inbahur-Ruwah, jilid I, h. 163).
[3] Al-Lihyani, nama aslinya Abu Al-Hasan ‘Ali bin Hazim, beliau seorang ahli bahasa Arab yang terkenal. Beliau wafat pada tahun 215 H. Buku-buku yang ditulisnya banyak dimanfaatkan oleh Ibnu sayyidih dalam menulis buku yang berjudul al-Mukhassash.
[4] Dr. Subhi As-Shalih, Mabahits fi Ulumil-Qur’an, cetakan ke-enam belas, 1985, tr oleh tim pustaka firdaus, pustaka Firdaus, Jakarta, 1996. H. 10-12.
[5] Mukjizat menurut teminologi berasal dari kata (‘ajaza-ya’jizu) yang artinya (telah lemah-sedang lemah). Sedangkan mu’jizat yang merupakan bentuk isim sifat/isim fail bermakna yang melemahkan. Mukjizat menurut etimologi yaitu sesuatu yang luar biasa yang muncul di luar kebiasaan yang ditujukan kepada orang-orang yang mengingkari kenabian dan kerasulan seorang nabi dan Rasul.
[6] Endang saifuddin Anshari, Wawasan Islampokok-pokok fikiran tentang islam dan ummatnya, jakarta; CV. Rajawali, 1986, hal.35
[7] Abdul Wahab Khallaf, kaidah-kaidah hukum islam, Bandung; Risalah, 1983, hal.21
[8] M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam I, Jakarta; Bulan Bintang, 1980, hal 188.
[9] Dikutip dari Kitab Manna’ul-Qaththan mabahits fi ulumil-Qur’anh. 21
[10] Drs. Abuddin Nata, M.A, Al-Qur’an Dan Hadits (Dirasah Islamiyah I), Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995, h. 54
[11] Ibid, h. 55
[12] Al-Qur’an disampaikan kepada kita dengan cara mutawatir, dalam arti, disampaikan oleh sejumlah orang yang semuanya sepakat bahwa Ia benar-benar wahyu Allah SWT, terpelihara dari perubahan atau pergantian.
[13] Ibid, h. 55-56
[14] Fazlur Rahman, tema pokok Al-Qur’an, pustaka, bandung, 1983. H.1
[15] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al Kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
[16] Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
[17] Bachtiar Surin. Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an 30 juz huruf arab dan latin, Fa Sumatra, Bandung, hal.4
[18] Prof. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Mizan, Bandung, 2000, h.13
[19] Yang dimaksud “suatu kegelapan bagi mereka” ialah tidak memberi petunjuk kepada mereka.
[20] Maksudnya: tidak ada dalam Al-Qur’an itu makna-makna yang berlawanan dan tiada penyimpangan dari kebenaran
[21] Maksudnya: Janganlah kamu mengikuti agama-agama yang ada kepercayaan yang lain dari Islam. Mujahid mengartikan “al-subul” dengan macam bid’ah dan jalan-jalan yang tidak benar.
[22] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al-Qur’an seperti: alif laam mim, alif laam shaad dsb. (lebih lengkapnya lihat footnote selanjutnya nomor 22).
[23] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al-Qur’an seperti: alif laam raa, alif laam shaad dsb. Di antara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik para pendengar supaya memperhatikan Al-Qur’an itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad SAW, maka cobalah mereka buat semacam Al-Qur’an itu.
[24] M. Husain Zahabi. Israiliyat dalam Tafsir dan Hadits, tr oleh Didin Hafidhuddin, Litera Antar-Nusa, Jakarta; 1993, hal.2
[25] Maksudnya: Al Qur'an adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam kitab-kitab sebelumnya.
[26] Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya.
[27]  Makalah Al-Qur’an; Pengertian, kedudukan dan Fungsi serta Sejarah Kodifikasi, Jakarta; 2001.
[28] Chalil. Op.cit, hal.91 dst


Labels: Kumpulan Makalah

Thanks for reading PENGERTIAN, FUNGSI DAN SEJARAH AL-QURAN. Please share...!

0 Komentar untuk "PENGERTIAN, FUNGSI DAN SEJARAH AL-QURAN"
Back To Top