PENGERTIAN, FUNGSI DAN SEJARAH AL-QURAN
A.
Pengertian Al-Qur’an
Menurut etimologi: Al-Qur’an berasal
dari kata Qa-ra-a (قرأ) artinya membaca, maka perkataan itu berarti “bacaan”.
Maksudnya, agar ia menjadi bacaan atau senantiasa dibaca oleh segenap bangsa
manusia terutama oleh para pemeluk agama Islam.[1]
Para ulama berbeda pendapat mengenai
lafadz Al-Qur’an. Sebagian berpendapat, penulisan lafadz tersebut dibubuhi
huruf hamzah (dibaca Al-Qur’an). Pendapat lain mengatakan penulisannya Zdari
akar kata apapun) dan bukan pula berhamzah (tanpa tambahan huruf hamzah di
tengahnya, jadi dibaca Al-Qur’an). Lafadz tersebut sudah lazim digunakan dalam
pengertiannya kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Jadi menurut Al-Syafi’i, lafadz tersebut bukan berasal dari
akar kata Qa-ra-a (membaca), sebab kalau akar katanya Qa-ra-a,
maka tentu setiap sesuatu yang dibaca dapat dinamai Al-Qur’an. Lafadz tersebut
memang nama khusus bagi Al-Qur’an, sama halnya dengan nama Taurat dan Injil.
1. Al-Fara’ berpendapat,
lafadz Al-Qur’an adalah pecahan (musytaq) dari kata Qara’in (kata
jamak Qarinah) yang berarti bermakna: kaitan, karena ayat-ayat
Al-Qur’an satu sama lain saling berkaitan. Karena itu jelaslah bahwa
huruf “nun” pada akhir lafadz Al-Qur’an adalah huruf asli,
bukan huruf tambahan.
2. Al-Asy’ari dan para
pengikutnya mengatakan, lafadz Al-Qur’an adalah musytaq (pecahan)
dari akar kata Qarn. Ia mengemukakan contoh kalimat Qarnusy-syai
bisy-syai (menggabungkan sesuatu dengan sesuatu). Jadi kata Qarndalam
hal itu bermakna: gabungan atau kaitan, karena surat-surat dan ayat-ayat di
dalam Al-Qur’an saling bergabung dan saling berkaitan.
Tiga pendapat di atas (Al-Syafi’i, Al-Fara’,
dan Al-Asy’ari) cukuplah sebagai contoh untuk menarik kesimpulan
bahwa lafadz Al-Qur’an (tanpa huruf hamzah di tengahnya) jauh dari kaidah
pemecahan kata (isytiqaq) dalam bahasa Arab. Di antara para ulama yang
berpendapat bahwa lafadz Al-Qur’an ditulis dengan tambahan huruf hamzah di
tengahnya ialah Al-Zajjaj[2], Al-Lihyani[3] serta jama’ah lainnya.
1.
Al-Zajjaj: lafadz Al-Qur’an ditulis dengan huruf
hamzah di tengahnya berdasarkan pola-kata (Wazn) Fu’lan.
Lafadz tersebut pecahan (musytaq) dari akar kata Qar’un yang
berarti Jam’un. Ia mengetengahkan contoh kalimat Quri’al
Ma’u fil-Haudhi yang berarti: air dikumpulkan dalam kolam. Jadi dalam
kalimat itu kata Qar’un bermakna Jam’unyang dalam
bahasa Indonesia bermakna “kumpul”. Alasannya Al-Qur’an “mengumpulkan” atau
menghimpun intisari kitab-kitab suci terdahulu.
2.
Al-Lihyani: lafadz Al-Qur’an ditulis dengan huruf
hamzah di tengahnya berdasarkan pola-kata Ghufran dan
merupakan pecahan (musytaq) dari akar kata Qa-ra-a yang
bermakna Tala’ (membaca). Lafadz Al-Qur’an digunakan untuk
menamai sesuatu yang dibaca, yakni objek, dalam bentuk mashdar.
Pendapat yang belakangan lebih kuat
(pendapat Al-Lihyani, red) dan lebih tepat karena dalam
bahasa Arab, lafadz Al-Qur’an adalah bentuk mashdar yang maknanya sinonim
dengan Qira’ah, yakni “bacaan”. Sebagai contoh, firman Allah SWT
dalam QS. Al-Qiyamah: 17-18.
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ ﴿۱۷﴾ فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ ﴿۱٨﴾
“Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya
(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya(17). Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”(18). (Al-Qiyamah:
17-18).[4]
Sedangkan
menurut terminologi Al-Qur’an adalah kalam Allah yang merupakan mukjizat[5], yang diturunkan melalui perantaraan
malaikat Jibril ke dalam kalbu Rasulullah SAW, sebagaimana
Firman Allah SWT:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ
الْقُرْآنَ تَنْزِيلاً ﴿۲۳﴾
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an
kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (Al-Insan: 23)
Dan dengan
menggunakan bahasa Arab. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا
عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ ﴿۲﴾
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan
berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”(QS. Yusuf: 2).
dan disertai dengan kebenaran agar dijadikan hujjah (argumentasi)
dalam hal pengakuannya sebagai Rasul, dan agar dijadikan sebagai dustur (undang-undang)
bagi seluruh umat manusia, yang abadi, untuk kebahagiaan mereka di dunia dan
akhirat,[6] di samping merupakan amal ibadah
jika membacanya. Al-Qur’an juga di-tadwin-kan di antara dua ujung,
yang dimulai dari surat Al-Fatihah, dan ditutup dengan surat Al-Nas,
dan sampai kepada Kita secara tertib dalam bentuk tulisan (Mushaf)
maupun lisan dalam keadaan utuh atau terpelihara dari perubahan dan pergantian,
sekaligus dibenarkan oleh Allah SWT, di dalam firman-Nya.[7] Definisi ini selaras dengan apa yang
diberikan oleh Ahli Ushul.[8]
Dalam Kitab Manna’ul-Qaththan
mabahits fi ulumil-Qur’an[9],
yang dimaksud Al-Qur’an adalahkalamullah yang diturunkan kepada
Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah.[10]
Definisi lain mengenai Al-Qur’an juga
dikemukakan oleh Al-Zarqani. Menurut Al-Zarqani, Al-Qur’an itu adalah lafal
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dari permulaan surat Al-Fatihah
sampai akhir surat Al-Naas.[11]
Sedangkan Abdul Wahhab Khallaf
memberikan definisi mengenai Al-Qur’an, yaitu firman Allah yang diturunkan
kepada hati Rasulullah; Muhammad bin Abdullah melalui Al-Ruhul Amin (Jibril
As) dengan lafal-lafalnya yang berbahasa Arab dan maknanya yang benar, agar ia
menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi
undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana
pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Al-Qur’an itu
terhimpun dalam mushaf, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat Al-Nas, disampaikan kepada kita secara mutawatir[12] dari
generasi ke generasi secara tulisan maupun lisan. Ia terpelihara dari perubahan
atau pergantian.[13]
B.
Fungsi Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah dokumen untuk umat
manusia. Bahkan kita ini sendiri menamakan dirinya petunjuk bagi manusia.[14] Allah SWT berfirman Dalam QS:
Al-Baqarah [2]: 185 & 2:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ
هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ ﴿۲﴾
“kitab[15] (Al-Qur’an)
ini tidak ada keraguan pada isinya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa[16]”. (QS:
Al-Baqarah [2]: 2).[17]
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍفَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿۱٨۵﴾
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.” (QS: Al-Baqarah [2]: 185).
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa
Al-Qur’an adalah petunjuk yang didesain sedemikian rupa sehingga jelas bagi
umat manusia dengan petunjuk itu manusia bisa membedakan mana yang hak dan
bathil. Inilah sesungguhnya fungsi Al-Qur’an, yaitu sebagai pedoman hidup umat
manusia. Karena itu bila Al-Qur’an dipelajari dengan benar dan sungguh-sungguh
maka isi kandungannya akan membantu Kita menemukan nilai-nilai yang dapat
dijadikan pedoman untuk menyelesaikan berbagai problem hidup.[18]
Adapun fungsi Al-Qur’an yang lainnya
adalah:
1.
Pengganti kedudukan kitab suci
sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT.
2.
Tuntunan serta hukum untuk menempuh
kehidupan.
3.
Menjelaskan masalah-masalah yang pernah
diperselisihkan oleh umat terdahulu.
4. Sebagai Obat
penawar (syifa’) bagi segala macam penyakit, baik penyakit
rohani maupun jasmani. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Yunus: 57, Al-Isra’:
82, dan Fushilat: 44.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ﴿۵۷﴾
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit
(yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman.” (QS.
Yunus [10]: 57).
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا ﴿٨۲﴾
Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi obat dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan (Al-Quran itu) tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (QS. Al-Isra' [17]: 82).
وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَعَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ ﴿٤٤﴾
“Dan jikalau Kami jadikan Al-Qur’an itu suatu bacaan
dalam bahasa lain selain bahasa Arab tentulah Mereka mengatakan: “Mengapa tidak
dijelaskan ayat-ayatnya?”. Apakah (patut Al-Qur’an) dalam bahasa asing sedang
(rasul adalah orang) Arab?. Katakanlah: “Al-Qur’an itu adalah petunjuk
dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang
yang tidak beriman pada telinga Mereka ada sumbatan, sedang Al-Qur’an itu suatu
kegelapan bagi Mereka[19]. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil
dari tempat yang jauh.” (QS. Fushshilat [41]: 44).
5.
Sebagai pembenar kitab-kitab suci
sebelumnya, yakni Taurat, Zabur, dan Injil. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam
QS. Fathir: 31 dan Al-Maidah: 48.
وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ
هُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ إِنَّ اللَّهَ بِعِبَادِهِ
لَخَبِيرٌ بَصِيرٌ ﴿۳۱﴾
“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad)
adalah Al-Kitab (Al Qur’an) itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya.” (QS.
Fathir: 31).
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّلِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْبِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ ﴿٤٨﴾
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu,
Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah
kamu perselisihkan itu.” (QS. Al-Ma’idah: 48).
6.
Sebagai pelajaran dan penerangan.
Seperti dalam firman Allah SWT dalam QS. Yasin: 69.
وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا
يَنْبَغِي لَهُ إِنْ هُوَ إِلا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُبِينٌ ﴿٦۹﴾
“Al Quran itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang
memberi penerangan.” (QS. Yaa Siin: 69).
7.
Sebagai pembimbing yang lurus. Seperti
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Kahfi: 1-2, Al-An’am: 126 & 153, Al-Isra’: 9,
dan Al-Baqarah: 2.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ
عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجَا ﴿۱﴾ قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ
وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ
أَجْرًا حَسَنًا ﴿۲﴾
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada
hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan[20] di
dalamnya {1}; Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan
yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang
yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat
pembalasan yang baik {2}.” (QS. Al-Kahfi: 1-2).
وَهَذَا صِرَاطُ رَبِّكَ مُسْتَقِيمًا قَدْ فَصَّلْنَا الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَذَّكَّرُونَ ﴿۱۲٦﴾
“Dan inilah
jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan
ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran.” (QS. Al-An’am:
126).
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿۱۵۳﴾
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku
yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang
lain)[21],
karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am: 153).
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي
لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ
الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا ﴿۹﴾
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada
(jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal sholih, bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’: 9).
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ
هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ ﴿۲﴾
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 2).
8.
Sebagai pedoman bagi manusia, petunjuk
dan rahmat bagi yang meyakininya. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al
Jatsiyah: 20, Ibrahim: 1, Al-hadid: 9, Al-thalaq: 10-11, Al-Maidah: 15-16, dan
Al-Ankabut: 51.
هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى
وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ ﴿۲٠﴾
“Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia,
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakininya.” (QS. Al Jatsiyah:
20).
الر كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ ﴿۱﴾
“Alif laam raa[22].
(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia
dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu)
menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS.
Ibrahim: 1).
هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى
عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ ﴿۹﴾
“Dialah
yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al Qur'an) supaya
Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu.”(QS. Al-Hadid:
9).
أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ عَذَابًا
شَدِيدًا فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الألْبَابِ الَّذِينَ آمَنُوا قَدْ
أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكُمْ ذِكْرًا ﴿۱٠﴾ رَسُولا يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِ اللَّهِ مُبَيِّنَاتٍ
لِيُخْرِجَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى
النُّورِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ
اللَّهُ لَهُ رِزْقًا ﴿۱۱﴾
“Allah
menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai
orang-orang yang mempunyai akal, (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya
Allah telah menurunkan peringatan kepadamu{10}, (Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu
ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh dari kegelapan
kepada cahaya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang
saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya
Allah memberikan rezeki yang baik kepadanya {11}.” (QS. Al-Thalaq: 10-11).
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ ﴿۱۵﴾يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ ﴿۱٦﴾
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul
Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan
banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari
Allah, dan kitab yang menerangkan (15). Dengan kitab itulah Allah menunjuki
orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan
kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada
cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan
yang lurus (16).” (QS. Al-Maidah: 15-16).
أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ﴿۵۱﴾
“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah
menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka?
Sesungguhnya dalam (Al Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran
bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ankabut: 51).
9.
Sebagai pengajaran. Seperti Firman
Allah SWT dalam QS. Al-Qalam: 52, dan Ali Imran: 138.
وَمَا هُوَ إِلا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ ﴿۵۲﴾
“Dan tiadalah ia (Al Qur-an), melainkan pengajaran untuk
semesta alam.” (QS. AI-Qalam:52).
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ ﴿۱۳٨﴾
“(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia,
dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.
Ali-Imran: 138).
10.
Sebagai petunjuk dan kabar gembira. Sebagaimana
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Nahl: 89.
وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَؤُلاءِ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىلِلْمُسْلِمِينَ ﴿٨۹﴾
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada
tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami
datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami
turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS.
Al-Nahl: 89).
11.
Sebagai pembanding atau pembeda (Furqan) antara
yang haq dan bathil. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah [2]: 185.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍفَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿۱٨۵﴾
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah [2]: 185).
12.
Sebagai
pengajaran/pembentang/penjelas (tibyan) segala sesuatu akan
ilmu pengetahuan dan rahasia-rahasia alam dunia dan akhirat. Seperti Firman
Allah SWT dalam QS. Ali Imran: 138, dan QS. Yusuf: 111.
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأولِي الألْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ﴿۱۱۱﴾
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita
yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS.
Yusuf [12]: 111).
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ ﴿۱۳٨﴾
“(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia,
dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.
Ali-Imran: 138).
13.
Sebagai tali Allah yang harus diikat
kuat dan digenggam teguh dalam hati dan kehidupan, khususnya bersama-sama agar
tidak bercerai-berai. Seperti dalam Firman Allah SWT dalam QS. Al-Zukhruf: 43,
dan Ali Imran: 102-103.
فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ إِنَّكَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ ﴿٤۳﴾
“Maka berpeganglah teguhlah kamu kepada agama yang telah
diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.” (QS.
Al-Zukhruf [43]: 43).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴿۱۰۲﴾ وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْكُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْتَهْتَدُونَ ﴿۱۰۳﴾
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan beragama Islam (102). Dan berpeganglah kamu semuanya
kepadatali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh
musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat
Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka,
lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (103).” (QS.
Ali Imran: 102-103).
14.
Sebagai tadzkirah (peringatan)
bagi orang-orang yang takut kepada Allah dan terhadap kepemimpinan Al-Qur’an.
Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Thaha: 1-4 & 123-124.
طه ﴿۱﴾
مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى ﴿۲﴾
إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى ﴿۳﴾ تَنْزِيلا مِمَّنْ خَلَقَ الأرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلاَ ﴿٤﴾
“Thaahaa[23]{1}. Kami
tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah {2}; tetapi
sebagaiperingatan bagi orang yang takut (kepada Allah) {3}. Yaitu
diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi {4}.” (QS.
Thaha: 1-4).
قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى ﴿۱۲۳﴾ وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيفَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى ﴿۱۲٤﴾
“Allah
berfirman:
"Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh
bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu
barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan
celaka (123).” Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta (124).” (QS. Thaha: 123-124).
15.
Sebagai pengawas (Muhaiminun) dan
penjaga atas kitab-kitab samawi lainnya, tidak hanya
membenarkan masalah aqidah, akan tetapi masalah syariat alamiyah juga.
Al-Qur’an juga menetapkan sebagian hukum-hukum dari kitab sebelumnya dan
mengganti serta mengubah sebagian lainnya.[24] Seperti Firman Allah SWT dalam QS.
Al-Maidah: 48.
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ
بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا
عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ
أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً
وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ
لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آَتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ
مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ ﴿٤٨﴾
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[25] terhadap
kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang
Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat
diantara kamu,[26] Kami
berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah
kamu perselisihkan itu”. (QS. Al-Maidah: 48).
16.
Sebagai Mukjizat bagi Rasulullah SAW
yang bertujuan untuk melemahkan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya yang meragukan
kenabian dan kerasulan-Nya.
Selain itu fungsi Al-Qur’an yang tidak kalah penting,
adalah sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW, dan bukti bahwa semua ayatnya
benar-benar dari Allah SWT. Sebagai bukti kedua fungsinya yang terakhir paling
tidak ada dua aspek dalam Al-Qur’an itu sendiri: 1) Isi/kandungannya
yang sangat lengkap dan sempurna; 2) Keindahan bahasa dan ketelitian
redaksinya: 3) Kebenaran berita-berita ghaibnya; dan 4) Isyarat-isyarat
ilmiahnya.
C.
Tujuan Diturunkannya Al-Qur’an
Sebagai pedoman hidup yang benar,
Al-Qur’an niscaya harus memberikan suatu petunjuk hidup yang benar, mendasar
dan pasti. Sehingga dapat dijadikan sebagai pegangan yang kokoh dalam
menghadapi hidup. Oleh karena itu tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an tidak
lain kecuali untuk memberikan petunjuk kepada umat manusia ke jalan yang harus
ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat[27]. Adapun petunjuk yang diberikan oleh
Al-Qur’an pada pokoknya ada tiga:
1.
Petunjuk aqidah dan kepercayaan yang
harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Allah dan
kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2.
Petunjuk mengenai akhlaq yang murni
dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti
oleh manusia dalam kehidupannya secara individual dan kolektif.
3.
Petunjuk mengenai syari’at dan hukum
dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan dan
sesamanya.[28]
D. Sejarah Turun dan Penulisan Al-Qur’an
Permulaan turun
al-Qur’anul Karim adalah tanggal 17 Ramadhan tahun ke-40 dari kelahiran Nabi
SAW, yaitu pada saat beliau sedang bertahannuts (beribadah) di Gua Hira. Pada saat itu turun wahyu beberapa ayat
al-Qur’anul Karim yang dibawa oleh Jibril al-Amin. Jibril mendekap nabi lalu
melepaskannya, hal ini dilakukan sebanyak tiga kali, sambil mengatakan “iqra”
pada setiap kalinya, dan Rasul SAW menjawabnya “ma ana bi qaari”. Pada
dekapan yang ketiga kalinya Jibril membacakan[4] :
“Bacalah dengan menyebut
nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusiadari segumpal
darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling Pemurah yang mengajarkan manusia
dengan perantara qalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS.
Al-‘Alaq: 1-5)
Al-Qur’an tidak turun sekaligus. Al-Qur’an turun secara
berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Hikmah Al-Qur’an itu turunnya
itu berangsur-angsur ialah supaya dapat dihafal oleh para sahabat pada waktu
itu. Maksud pertama ialah menukar akidah kepada akidah. Keluar dari penyembahan
terhadap berhala kepada yang benar, agama yang turun dari langit.
1.
Penulisan Al-Qur’an Di Masa Nabi
Pada masa Nabi wahyu yang diturnakan
oleh Allah kepadanya tidak hanya dieksprersikan dalam betuk hafalan tapi juga
dalam bentuk tulisan.
Sekretaris Pribadi Nabi yang
bertugas mencatat wahyu yaitu Abu Bakar, Umar bin Kahtab, Khalid Bin Walid dan
Mua`wiyah Bin Abi Sofyan. Mereka menggunakan alat tulis sederhana yaitu
lontaran kayu, pelepah kurma, tulang-belulang, dan batu.
Faktor yang mendorong penulisan
Al-Quran pada masa Nabi yaitu:
- Membukukan
hafalan yang telah dilakukan oleh Nabi dan para Sahabat.
- Mempersentasikan
wahyu dengan cara yang paling sempurna.
Ibn al-Nadim menulis bahwa di antara para sahabat Nabi SAW,
Ali bin Abi Thalib, Sa’id ibn Ubayd ibn al-Nu’man, Abu Darda’, Mu’adz ibn
Jabal, Tsabit ibn Zayd dan Ubayd ibn Mu’awiyah ibn Zayd menghimpun al-Qur’an
semasa hidup Rasulullah SAW.[6]
Dalam buku al-Tambid,
Abu Musa al-Asy’ari dan Miqdad ibn al-Aswad disebutkan di antara para
penghimpun al-Qur’an. Hal itu menambahkan bahwa sebelum standarisasi mushaf
yang diperintakan oleh Utsman, orang Kufah membaca menurut mushaf Abu Musa,
orang Damaskus mengikuti mushaf Miqdad, sementara sisanya orang-orang Syria
membaca menurut mushaf Ubay ibn Ka’ab. Dan, sebagaimana kita ketahui, mushaf
saat ini adalah mushaf yang dibuat oleh Zayd ibn Tsabit berdasarkan perintah
Abu Bakar, khalifah pertama.
2. Penulisan Al-Qur’an Di Masa
Khulafaur Rasyidin
Pada Masa Khalifah Abu Bakar
Ash-Shiddiq
Sepeningal Rasulullah SAW, istrinya
`Aisyah menyimpan beberapa naskah catatan (manuskrip) Al-Quran, dan pada masa
pemerintahan Abu Bakar r.a terjadilah Jam’ul Quran yaitu pengumpulan
naskah-naskah atau manuskrip Al-Quran yang susunan surah-surahnya menurut
riwayat masih berdasarkan pada turunnya wahyu (hasbi tartibin nuzul).
Usaha pengumpulan tulisan Al-Qur’an
yang dilakukan Abu Bakar terjadi setelah Perang Yamamah pada tahun 12 H.
Peperangan yang bertujuan menumpas habis para pemurtad dan juga para pengikut
Musailamah Al-Kadzdzab itu ternyata telah menjadikan 70 orang sahabat penghafal
Al-Qur’an syahid. Khawatir akan hilangnya Al-Qur’an karena para penghafal
Al-Qur’an banyak yang gugur dalam medan perang. Lalu Umar bin Khattab menemui
Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk mengumpulkan Al-Qur’an dari berbagai
sumber, baik yang tersimpan didalam hafalan maupun tulisan.
Namun pada awalnya Abu Bakar pun
tidak setuju dengan apa yang diusulkan oleh Umar bin Khattab. Karena
menurutnya, Nabi Muhammad SAW pun tidak pernah melakukannya. Tetapi Umar bin
Khattab terus membujuk Abu Bakar untuk melakukannya, dan akhirnya Allah SWT
membukakan hati Abu Bakar untuk menerima usulan tersebut. Kemudian Abu Bakar
pun memerintahkan Zaid bin Sabit untuk melakukannya. Seperti Abu Bakar
sebelumnya, Zaid bin Sabit pun menolak perintah Abu Bakar dengan alas an yang
sama. Setelah terjadi musyawarah, akhirnya Zaid bin Sabit pun setuju.
3. Penulisan Al-Qur’an pada Masa
Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan.
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3
yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur’an
(qira’at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang
berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman
sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin
mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang
baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan
(rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standarisasi
ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan
untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya
laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam
penulisan dan pembacaan Al-Qur’an.
4.
Sejarah dan Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Setelah
Khalifah
Mushaf yang ditulis pada masa
khalifah Usman tidak memiliki harakat dan tanda titik, sehingga orang non arab
yang memeluk islam merasa kesulitan membaca mushaf tersebut.
Oleh karena itu pada masa khalifah
Abd Al-Malik ( 685-705 ) dilakukan penyempurnaan oleh dua tokoh berikut;
- Ubaidilllah
bin Ziyad melebihkan alif sebagai pengganti dari huruf yang dibuang.
- Al-Hajjad
bin yusuf Ats- Tsaqafi penyempurnaan mushaf Usmani pada sebelas
tempat yang memudahkan pembaca mushaf.
Orang yang pertama kali meletakkan
tanda titik pada mushaf Usmani ; Abu Al-Aswad Ad- Du`Ali , Yahya Bin Ya`Mar,
Nashr Bin Asyim Al-Laits
Orang yang pertama kali meletakkan hamzah , tasdid, arrum dan Al-Isyamah adalah: al-Khalid bin Ahmad Al- Farahidi Al-Azdi.
Orang yang pertama kali meletakkan hamzah , tasdid, arrum dan Al-Isyamah adalah: al-Khalid bin Ahmad Al- Farahidi Al-Azdi.
Proses pencetakan Al-Quran:
- Pertama
kali di cetak di Bundukiyyah pada 1530 M.
- Hinkalman
pada masa 1694 M di Hamburg ( jerman ).
- Meracci
pada 1698 M di paduoe.
- Maulaya
Usman di sain Peter buorgh, Uni Sovyet ( Label Islami ).
- Terbit
cetakan di Kazan .
- Iran
pada 1248 H / 1828 kota Taheran.
- Ta`di
Tabriz pada 1833.
- Ta`di
leipez, Jerman pada 1834
5.
Rasm
Al-Qur’an setelah masa Penulisan Al-Qur’an
Rasm Al-Qur’an atau adalah ilmu yang mempelajari
tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik
dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan.
Rasimul Qur’an dikenal juga dengan sebutan Rasm Al-UtsmaniPara ulama menetapkan
Rasm Al-Quran terbagi atas enam yaitu :
- Al-Hadzf
(Membuang atau menghilangkan atau menjadikan huruf)
- Al-Jiyadah
(Penambahan)
- Al-Hamzah
- Badal
atau Pergantian
- Washal
dan fashl ( Penyambungan dan pemisahan)
- Kata
yang dapat dibaca dua bunyi, penulisan kata tersebut disunatkan dengan
salah satu bunyinya
Pendapat Para Ulama:
- Rasm
Usmani bersifat tauqifi atau bukan merupakan Produk budaya manusia yang
wajib di ikuti siapa saja ketika menulis Al-Quran.
- Menurut
Al-Quran: Tidak ada satu riwayat pun dari Nabi yang dapat di jadikan
alasan untuk menjadikan Rasm Usmani sebagai Tauqifi.
- Subhi
shalih: Ia mengatakan ketika logisan Rasm Usmani apabila disebut tauqifi
karena rasm Usmani baru lahir pada masa Usman.
- Rasm
Usmani adalah kesepakatan cara baca penulisab yang disetujui Usman dan
diterima umat, sehinmgga wajib di ikuti dan di taati siapa pun ketika
menulis Al-Quran.
- Tidak
ada halangan untuk menyalahkan nya tatkala suatu generasi sepakat
menggunakan cara tertentu untuk menulis Al-Quran.
Kaitan Rasm Al-Qur’an dengan Qira’at
adalah keberadaan Rasm Usmani yang telah berharakat dan bentuk itu ternyata
masih membuka peluang untuk membacanya dengan berbagai Qiraat terbukti dengan
keragaman cara membacan Al-Quran seperti qiraat tujuh, sepuluh dan qiraat empat
belas.
[2] Nama
lengkapnya Al-Zajjaj ialah Ibrahim bin Al-Sirri, dijuluki Abu Ishaq, penulis
buku Ma’anil-Qur’an. Beliau wafat pada tahun 311 H.
(lihat Inbahur-Ruwah, jilid I, h. 163).
[3] Al-Lihyani,
nama aslinya Abu Al-Hasan ‘Ali bin Hazim, beliau seorang ahli bahasa Arab yang
terkenal. Beliau wafat pada tahun 215 H. Buku-buku yang ditulisnya banyak
dimanfaatkan oleh Ibnu sayyidih dalam menulis buku yang berjudul al-Mukhassash.
[4] Dr.
Subhi As-Shalih, Mabahits fi Ulumil-Qur’an, cetakan ke-enam belas,
1985, tr oleh tim pustaka firdaus, pustaka Firdaus, Jakarta, 1996. H. 10-12.
[5] Mukjizat
menurut teminologi berasal dari kata (‘ajaza-ya’jizu) yang artinya (telah
lemah-sedang lemah). Sedangkan mu’jizat yang merupakan bentuk isim sifat/isim
fail bermakna yang melemahkan. Mukjizat menurut etimologi yaitu sesuatu yang
luar biasa yang muncul di luar kebiasaan yang ditujukan kepada orang-orang yang
mengingkari kenabian dan kerasulan seorang nabi dan Rasul.
[6] Endang
saifuddin Anshari, Wawasan Islam; pokok-pokok fikiran
tentang islam dan ummatnya, jakarta; CV. Rajawali, 1986, hal.35
[10] Drs.
Abuddin Nata, M.A, Al-Qur’an Dan Hadits (Dirasah Islamiyah I),
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995, h. 54
[12] Al-Qur’an
disampaikan kepada kita dengan cara mutawatir, dalam arti, disampaikan oleh
sejumlah orang yang semuanya sepakat bahwa Ia benar-benar wahyu Allah SWT,
terpelihara dari perubahan atau pergantian.
[15] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al Kitab yang
di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan
untuk ditulis.
[16] Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah
dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala
larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
[17] Bachtiar
Surin. Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an 30 juz huruf arab dan latin,
Fa Sumatra, Bandung, hal.4
[20] Maksudnya:
tidak ada dalam Al-Qur’an itu makna-makna yang berlawanan dan tiada
penyimpangan dari kebenaran
[21] Maksudnya:
Janganlah kamu mengikuti agama-agama yang ada kepercayaan yang lain dari Islam.
Mujahid mengartikan “al-subul” dengan macam bid’ah dan
jalan-jalan yang tidak benar.
[22] Ialah
huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat
Al-Qur’an seperti: alif laam mim, alif laam shaad dsb. (lebih lengkapnya lihat
footnote selanjutnya nomor 22).
[23] Ialah
huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat
Al-Qur’an seperti: alif laam raa, alif laam shaad dsb. Di antara ahli-ahli
tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang
termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang
menafsirkannya. Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama
surat dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk
menarik para pendengar supaya memperhatikan Al-Qur’an itu, dan untuk
mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dalam bahasa Arab yang tersusun
dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al-Qur’an itu
diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad SAW, maka cobalah mereka buat
semacam Al-Qur’an itu.
[24] M.
Husain Zahabi. Israiliyat dalam Tafsir dan Hadits, tr oleh Didin
Hafidhuddin, Litera Antar-Nusa, Jakarta; 1993, hal.2
[25] Maksudnya:
Al Qur'an adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang
diturunkan dalam kitab-kitab sebelumnya.
Labels:
Kumpulan Makalah
Thanks for reading PENGERTIAN, FUNGSI DAN SEJARAH AL-QURAN. Please share...!
0 Komentar untuk "PENGERTIAN, FUNGSI DAN SEJARAH AL-QURAN"