
Zaman modern seperti ini, dengan Revolusi Internet yang berkembang begitu pesat.Apa saja materi yang dibutuhkan sudah dengan mudahnya didapatkan dari Internet. Mulai dari Ibu-ibu yang hobi masak, bisa mencari tutorialnya di artikel google.com ataupun melalui situs penyedia video seperti Youtube.com, sampai anak-anak kuliahan yang membutuhkan referensi tugas makalahnya, dengan mudah mencari di internet.
Belum lagi penggunaan media sosial yang begitu membumi bagai badai sunami yang merubah tatanan sosial masyarakat kita saat ini, bagaimana tidak. Hubungan silaturrahmi sudah cukup melalui Whatsapp, Diskusi ilmiah dan keilmuan sudah bisa dibahas dalam grup-group media sosial, seperti Whatsapp, BBM, Facebook.com daln lain-lain. Jika dilihat dari sisi baiknya, memang sangat membantu kebutuhan masyarakat dalam hal komunikasi, namun jika hal ini tidak dibendung, maka penyebaran beritapberita yang "Salah" pun dengan mudahnya menjadi viral.
Baru-baru ini, dalam masalah tatanan Agama dan Ilmu agama, menurut saya, ada dua hal yang harus menjadi pertimbangan kita dan renungan kita bersama, yaitu:
1. Ada sebuah aliran yang sangat digandrungi oleh para kalangan akademik, khususnya mahasiswa.
Mungkin ini hanya sebatas pendapat, bukan hasil penelitian lapoangan, dan bisa jadi salahnya pun sangat besar. Mahasiswa khususnya di PT Umum tanpa basic Agama, sangat mudah dimasukin dan didoktrin oleh aliran-aliran atau pemahaman baru. Hal ini bukan hal yang baru terjadi. Sehingga ketika mendengar tentang Ilmu agama dan tertarik, maka langsung doktrin "Ini aliran yang paling benar dan yang lain salah" sehingga tanpa membandingkan dan mendengarkan pendapat dari golongan lain langsung berani menjustifikasi dari golongan lain tersebut. Mereka belajar dari orang-orang yang sebenarnya (maaf) tidak paham juga masalah agama, mendalami ilmu agama melalui media sosial yang bertebaran, Artikel-artikel Googgle yang nashab ilmunya entah dari mana. Atau pengajian-pengajian via Medsos yang Ulama'nya entah siapa.
2. Ada Seorang ulama' alumni mesir, dengan Ilmu dan keahliannya berdakwah mampu memberikan warna lain dan meskipun bukan tandingan, menjadi lawan dari hal yang pertama diatas, Yaitu Ust. Abdul Shomad.
loading...
Menurut saya juga, Ini menjadi ajang pembelajaran. Dari beberapa pengajian yang beliau sampaikan (meskipun saya juga hanya melihat melalui youtube.com), namun tidak ada yang mendiskriminalkan golongan lain. Ringannya adalah seperti ini: "Ketika ada perbedaan yang terjadi dalam ranah fiqh, maka beliau akan menyampaikan beberapa perbedaan pendapat dari para Imam Madzhab, dan kesimpulan pengambilannya diserahkan kembali kepada pendengar semua. Tidak ada menyalahkan golongan lain selama golongan itu tidak keluar dari Aqidah dan tatanan Agama Islam.
Jadi, Perkembangan Zaman dan wabah Media sosail, memberikan dampak baik jika dijadikan media kebaikan, namun sebaliknya, bisa menjadi wahana penyebar kebencian dengan sangat mudahnya. berbijak lah dalam menggunakan internet dan media sosial. Apalagi jika harus tentang Ilmu agama, Google bukan ahlinya Ilmu agama, namun Ulama' adalah ahlinya ilmu Agama. Jika sudah mempunyai dasar yang kuat tantang Ilmu agama, tidak mengapa menambah wawasan dan referensi melalui internet. Namun, jika baru mengenal dan mendalami Agama, Usahakan mempunyai guru yang jelas, Nashab ilmu yang jelas, dan yang paling penting adalah jangan fanatik buta dalam berpegang pemahaman. Beda boleh namun menyalahkan jangan. Bisa saja pemahaman mereka salah menurut dalil kita, namun bisa saja mereka benar menurut dalil mereka sendiri. Jika ingin aman dan damai, maka pandang lah masalah dari sisi mereka.
Jika belaj ilmu agama saja sudah menggunakan media sosial tanpa ada guru yang jelas. Bagaimana mau membandingkan pendapat dari golongan yang lain. Semoga kita semua mendapat petunjuk, ampunan, dan rahmat Allah SWT. Aamiin ya Robbal 'Aalamin.
Labels:
Artikel
Thanks for reading Memahami Agama melalui Ahlinya. Please share...!